Wednesday, September 26, 2007

Men-sains-kan Manajemen

Men-sains-kan Manajemen
Kalau kita telusuri asal muasal teori manajemen, kita akan menemukan "Principle of Scientific Management" yang diusulkan oleh F Taylor pada seratus tahun lalu (1911). Dia adalah seorang warga Amerika, yang dikenal sebagai "Father of Scientific Management". Yang difikirkan oleh Taylor (Chief Engineer pada Steel Company) adalah, bagaimana meningkatkan produkstifitas pekerja pabrik. Dia memulainya dengan menganalisa dari titik pandang "work movement time" para pekerja. Melakukan berbagai obserfasi, mencari cara terbaik untuk meningkatkan produktifitas. Sambil menggenggam stopwatch, dia mengamati gerak maupun timing istirahat pekerja.
Salah satu contoh terkenal yang dijabarkannya adalah, pekerjaan pengangkutan kumpulan besi di pabrik. Sebelumnya, seorang pekerja hanya sanggup mengerjakannya 12.5 ton sehari.Taylor, dengan berbagai pengamatan yang berulang-ulang dan tekun, dia melakukan perbaikan cara kerja. Hasilnya, kemampuan seorang pekerja meningkat menjadi 47 ton per hari. Hebatnya lagi, dia berhasil menambah frekwensi dan jam istirahat para pekerja. Dalam 1 jam, yang benar-benar dipakai bekerja adalah 25 menit, sisanya 35 menit dipakai untuk istirahat.Dengan kata lain, dia menetapkan jam istirahat yang lebih panjang dibanding jam kerja. Ini adalah sebuah seni tingkat tinggi manajemen waktu.
Pada zaman itu, kebanyakan upah pekerja bukanlah upah harian atau jam-an, tapi berdasarkan hasil kerja. Jadi, berkat cara manajemen-sains yang dihasilkannya, para pekerja menjadi lebih banyak istirahat tapi penghasilannya bertambah. Bagi pihak manajemen, bisa mendapatkan peningkatan produktifitas sebesar 4 kali lipat. Semua saling menguntungkan. Kalau istilah sekarang disebut hubungan yang Win-Win.
Teknik Taylor berupa resolusi konsep task (), pemilahan dan pen-standard-an pekerjaan, juga pemisahan perencanaan dan pelaksanaan. Khususnya dia mengembangkan teknik manajemen sains yang berfokus pada time-study dan work-study. Kemudian bidang ini berkembang yang disebut dengan Industrial Engineering (Di negara kita disebut sebagai Teknik Industri). Teknik ini berkembang pesat bersamaan dengan zaman mass production di Amerika.
Perusahaan-perusahaan yang sanggup melaksanakan dan mengembangan ide ini, kemudia menempati urutan-urutan top perusahaan dunia.
Bagi yang sudah membaca sampai bagian ini, mungkin akan merasa bahwa "pengertian manajemen jauh lebih luas dari sekedar perbaikan pergerakan-kerja".
Betul sekali.
Pengertiannya seluas apakah gerangan? Bagaimana cara melakukannya supaya bisa lancar dan baik?

Maka akan muncul juga nama Henry Fayol, seorang warga Prancis yang disebut sebagai "Father of Modern Management". Dia hidup pada zaman yang sama dengan Taylor. Kalau Taylor disebut memiliki ide bottom-up, sedangkan Fayol top-down. Fayol mengusulkan teori manajemen proses. Dia membagi fungsi manajemen menjadi 5 fungsi, sampai saat ini ide pembagian ini masih terus dipakai, meskipun disederhanakan menjadi 4 siklus manajemen (PDCA).

Bagaimana gerangan perbedaan konkrit ide kedua tokoh manajemen ini?

…bersambung …

Saturday, September 01, 2007

Mengukuhkan Supply Chain dari dasar (kedua)

Visualisasi Proses
Pencarian esensi persoalanPerbaikan presisi Peramalan Demand (Demand Forecast) atau memperpendek periode
Hal-hal yang harus dilakukan pada SCM (Supplay Chain Management) dibagi kedalam 2 kelompok besar berikut.

  • Pertama, memperpendek lead-time.
  • Kedua, memperbaiki presisi Peramalan Permintaan.
Untuk melaksanakan secara efisien dan cocok dengan situasi perusahaan, di sini akan diperkenalkan visualisasi dari proses. Dengan memvisualisasi, kita kan bisa melihat persoalan dan esensi persoalan tersebut.
Pada bagian sebelumnya, telah disebutkan bahwa untuk mensukseskan pelaksanaan kebijaksanaan pereformasian SCM, "enabling" adalah merupakan kuncinya. Kemudian juga telah disebutkan tentang kerangka model SCOR (Supplay Chain Operations Reference Model) yang efektif untuk pendesainan proses SCM.
Di sini akan dijabarkan hal berikut.

  • Bagaimana memakai SCOR sebagai templete
  • Pendesainan proses yang mempertimbangkan pendeskripsian proses yang sedang berjalan dan "enabling"
Sasaran SCM
Sebelum kita membahas cara pendesainan proses SCM yang mampu berjalan baik, kita akan menegas kan kembali tujuan dari SCM. Karena, kita akan memakai SCOR untuk merealisasikan tujuan dasar dari SCM.
SCM adalah sesuatu yang menyediakan

  • barang yang dibutuhkan
  • sebanyak yang dibutuhkan
  • pada saat dibutuhkan.
Akan tetapi yang bisa merealisasikan ketiga elemen ini bukanlah SCM yang sesungguhnya. Untuk merealisasikan ketiga point tersebut, cukup dengan menyediakan stok yang banyak. Tapi dengan cara ini maka akan terjadi pemborosan biaya stok, butuknya cash-flow dan tingginya resiko dead-stock. Maka, dengan meminimumkan stok dan biaya operasional juga sekaligus merealisasikan ketiga point tadi, adalah merupakan isi dari sasaran SCM. Untuk itu, pengoptimalan perbagian dalam perusahaan telah mencapai batas limit. Dengan mengoptimalkan proses perusahaan secara keseluruhan sekaligus juga memperhatikan hubungan antar perusahaan, maka akan terealisasikan SCM yang efektif.

Dua Pendekatan SCM
Pendekatan perealisasian SCM yang efektif bisa dibagi kedalam 2 jenis sebagai berikut:

  1. pendekatan aspek pelaksanaan dengan memperpendek lead-time,
  2. pendekatan aspek perencanaan dengan meningkatkan presisi peramalan permintaan.

(bersambung)

-Aditya Warman Ginting Sugihen-

Mengukuhkan Supply Chain dari dasar

Esensi Kegagalan SCM
Kebijaksanaan yang mempertimbangkan "Enabling" adalah Tahapan Utama penuju Suksesnya SCM
Sebagai teknik reformasi bisnis, juga SCM (Supply Chain Management) juga menancapkan akarnya di Indonesia. Ada perusahaan yang meningkatkan daya saingnya melalui pemanfaatan SCM secara baik. Tapi ada juga perusahaan yang gagal. Di sini akan disajikan apa yang diperlukan untuk membimbing keberhasilan SCM pada perusahaan.
Ada banyak terdengar kasus kegagalan SCM. Pengorbanan baik biaya maupun tenaga yang telah dikeluarkan tidak memberikan hasil yang seperti diharapkan. Ini adalah kerugian yang besar bagi perusahaan.

Tulisan ini bermaksud menyajikan teknik untuk penjegahan kegagalan seperti ini.
Penyebab tidak berfungsi sebagai mestinyaSCM adalah reformasi keseluruhan perusahaan yang dilakukan dengan sangat hati-hati. Menggambarkan bentuk perusahaan yang ideal dan untuk mencapainya, memikirkan kebijaksanaan yang diperlukan, serta melakukan perubahan proses bisnis secara individual.

Akan tetapi, ketika perubahan proses bisnis di lapangan, akan muncul berbagai persoalan yang esensial. Persoalan itu adalah tidak jalannya kebijaksanaan yang telah direncanakan. Di lapangan sering terdengar kalimat sebagai berikut.
#Team Sukses Reformasi: Kebijaksanaan yang baik sekali, tapi Suplier dan Dealer tidak mampu mengikuti.
#Petugas Lapangan: Maksud Kebijaksanaan sih ngerti, tapi di lapangan telah melaksanakan aktifitas kaizen, dimana sih bedanya?
#Pelaksana Lapangan: Mengerti sih apa yang harus dilakukan, tapi kalau dilakukan keuntungan apa yang diperoleh ya?
#Petugas Lapangan: Meskipun kami di lapangan melaksanakannya dengan baik, kami toh tidak dihargai, padahal petugas lapangan juga yang susah.

Enabling pada kasus pembelian mobil
Pada waktu membeli mobil, kita akan memperhitungkan faktor uang, teknik pengemudian, situasi jalan, tempat pemeliharaan (bengkel) dan sebagainya. Kalau kita mengabaikan faktor ini maka kita tidak akan bisa menikmati kenyamanan bermobil.
(bersambung)
-Aditya Warman Ginting Sugihen-