Friday, June 01, 2007

Eksistensi dan Logika


Bukankah terang-gelap, searah-berlawanan adalah merupakan sesuatu yang harus ada pada sesuatu eksistensi.


Logika adalah fiksi dari sebuah titik pandang, dia tidak dapat mengekspresikan eksistensinya sendiri. Pepatah bilang "seperti orang buta yang menceritakan tentang gajah". Dia akan bercerita tentang bagian yang dia sentuh. Manusia tidak dapat memahami sebuah eksistensi secara menyeluruh. Akan tetapi mampu memahami sebuah kebutuhan phenomena terbatas.Pada sebuah eksistensi terkandung sesuatu logika yang berkontradisksi.

Ketika seseorang melihat dari sebuah logika (pikiran), akan ada pihak lain merasakan kontradiksi.Keduanya disebut dengan thesis dan anti-thesis. Mungkin bisa dikatakan gelap-terang, searah-berlawanan, depan-belakang, tapi akan pasti ada aspek kontradiksi yang tersembunyi.

Eksistensi dari kemiringan (slope) adalah satu, tapi di sana ada "slope-menanjak" dan "slope-menurun". Oleh karena itulah ada eksistensi phenomena "gerak-gelombang". Karena adanya keseimbangan kuat-lemah atau fluktuasi maka ada gerak (perpindahan benda). Dengan kata lain, logika bukan satu, tapi merupakan sebuah set dari dua sistem logika yang berlawanan. Bukan soal mana yang benar atau mana yang salah. Seperti "pedal gas dan rem". Tapi kalau kita berada pada sebuah logika, kita akan melihat logika yang lain adalah salah.

Sebenarnya, ketika sebuah phenomena direalisasikan, akan muncul sebuah sosok yang merupakan gabungan dari keduanya. Demikian juga halnya pada situasi pembangunan, muncul 2 logika. Sebuah komunitas dan dunia yang terbuka. Komunitas adalah logika melindungi wilayah dan, dunia yang terbuka adalah logika ekonomi pasar global yang berkonotasi kapital (termasuk foreign capital). Dalam-luar. Bebas-terikat. Individu-nation. Kalau kita hanya mengambil sebuah logika saja, maka yang satunya akan ditekan. Sehingga kita perlu meletakkan keduanya pada kaki kita. Kalau salah satu tidak ada, maka akan terjadi ketimpangan. Pada tubuh kita, terdiri dari sympathetic nerve dan parasympathetic. Perkembangan adalah satu set dengan pengerutan. Akan tetapi, logika yang merupakan sesuatu pikiran adalah bisa juga eksis meskipun hanya dari satu sisi saja. Sehingga ada kecenderungan pengungkapan pikiran yang seperti sebuah garis linear. Keberadaan manusia atau masyarakat sebaiknya tidak diukur hanya dari satu logika. Tapi dari gabungan logika yang bertentangan seperti pedal gas dan rem. Adalah alami kalau kedua logika itu ada.

Akan tetapi, dalam hubungannya dengan dunia luar, akan muncul kuat-lemah di antaranya. Ini melahirkan perubahan dan penanggulangan. Dikotomi atau oposisi mutlak seperti teman-musuh, sepertinya sudah selayaknya ditinggalkan. Kedua perbedaan itu bukan untuk selalu dipertentangkan, tapi keberadaannya tetap ada secara relatif, pada saat yang tepat yang satu menggantikan yang lain. (Ini bisa diartikan bahwa keduanya berbeda menurut dimensi waktu, dimana yang satu bisa berfungsi pada masa sebelumnya, tapi sedang tidak berfungsi pada saat sekarang). Jadi bisa dikatakan, akan sangat berbahaya kalau hanya mengandalkan sebuah logika.

Seseorang yang terbiasa dengan pengekspresian sains akan menginginkan kepraktisan logika tunggal. Akan tetapi itu tidak lebih dari sebuah penjabaran yang dibatasi oleh prakondisi.


Kehidupan adalah keberadaan dari gabungan logika yang bertentangan.