Sunday, November 12, 2006




Pengambilan Keputusan pada SCM (2)

(Sebuah Paradok)

Pada penentuan penyuplai bahan baku, harga adalah faktor penting, tapi bukan satu-satunya faktor penentu. Di bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa, selain harga ada faktor manfaat (fungsi) atau kwalitas yang merupakan faktor penentu yang perlu diperhitungkan. Dari sisi penjual, selain faktor harga, biasanya disebut "non-price competitiveness". Sebaliknya, dari sisi pembeli, faktor ini merupakan faktor penentu nilai pakai. Kemudian, dari keseimbangan nilai pakai dan harga perolehan inilah dipilih penyuplai.
Pihak pembeli biasanya membuat semacam tabel pembanding dengan menggabungkan faktor harga dan faktor lainnya (non-price). Pada pengaturan suplai di manajemen proyek, pekerjaan ini disebut "Bid Tab". Biasanya manejer proyek berkewajiban mengatur supaya petugas untuk melaksanakan pemilihan yang tepat logis melalui pembuatan tabel ini. Pada contoh pembelian mobil yang disebutkan di depan, tabel yang dipakai merupakan contoh bid tabulasi ini.
Pada contoh itu, telah dipakai formula Borda untuk menentukan pilihan.
Akan tetapi, bendahara anda mengamati Bid-Tab anda dan mengajukan usulan diluar dugaan anda. Pertama-tama, kurangi pilihan terburuk (mobil Y) dari daftar, kemudian lakukan sistem voting untuk memilih dari sisanya. Maka Bid-Tabnya akan menjadi seperti berikut.

Tipe----------- X Z
Harga--------- 16 19
Disain--------- B A
Performa----- B C
Kestabilan---- C A
Bahan Bakar- B A
Service------- B C
Onderdil----- B C

Sekarang, X dan Z memiliki total point yang sama yaitu 9. Karena itu, berdasarkan harga maka dipilihlah Y, lanjut sang bendahara. Hasilnya, adalah ketidak logisan.
Pada contoh ini, dengan formula Borda, proses penentuan kebijaksanaan telah menghilangkan "kebebasan dari objek yang tak berhubungan".
Kalau dilihat dari sudut pandang rasional, sepertinya sistim voting sederhana maupun formula Borda mengandung persoalan. Jadi, apakah ada cara yang lebih baik untuk metoda penentuan kebijaksanaan?
Mari kita defenisikan sedikit lebih jelas defenisi "rasionalitas". Untuk membuat penentuan kebijaksanaan yang rasional, maka paling tidak kondisi berikut ini perlu dipenuhi.

  1. Unrestricted Domain: terdapat kebebasan untuk menentukan pengurutan objek (item) yang menjadi faktor evaluasi
  2. Transitive Property: pengurutan dapat dilakukan dengan kwantitas. Dan tidak terjadi siklus pengurutan. Dengan kata lain, kalau X > Y dan Y > Z maka X > Z
  3. Independence of Irrelevant: pengurutan dalam evaluasi pembandingan harus bebas dari objek yang tidak berhubungan
  4. Weak Pareto Principle: kalau pada evaluasi perbandingan item X > Y, maka hasil dari penentuan kebijaksanaan juga X > Y
  5. Non-Dictatorship: tidak terdapat kekuatan diktator yang menentukan hasil pengurutan pada evaluasi

Yang manapun kelihatannya adalah kondisi (syarat) yang sangat wajar. Akan tetapi, ahli ekonomi Kenneth Arrow membuktikan secara matematika bahwa tidak ada formula yang bisa memenuhi semua persyaratan tersebut. Menurut dia, kalau persyaratan (1) - (4) terpenuhi maka persyaratan (5) tidak bisa dipenuhi. Akibatnya hanya beberapa standar yang mempengaruhi hasil. Arrow menyebutnya "General Possibility Theorem". Dengan kata lain, pada pengambilan keputusan secara sosial, sepintas akan terlihat logis, akan tetapi akan selalu ada muncul diktator (pemaksaan) di dalamnya. Dengan penemuan ini dia dianugerahi Nobel untuk economics science pada 1972.
Apa arti dari teori Arrow ini? Apakah ini berarti bahwa pada masyarakat demokrasi yang rasional, pasti dibutuhkan munculnya diktator? Bukan. Bukan begitu, tentunya. Dia hanya menunjukkan bahwa meskipun pada pengambilan keputusan terlihat rational, tapi selalu terdapat keterbatasan kelogisan.
Pada semua sistem voting secara demokrasi (termasuk formula Borda), akan selalu terdapat kemungkinan manipulasi secara terstrategi. Hal ini dijelaskan secara matematika pada Gibbard-Satterthwaite theorem. Sebagai tambahan, dalam kondisi ada 2 calon yang yang bebas dan setiap pemilih memiliki hak yang sama, dibuktikan juga bahwa dengan sistem voting yang bagaimanapun ada bahaya munculnya lingkaran setan, dimana tidak bisa ditentukan pemenangnya.
Teori Arrow sebenarnya adalah teori yang berhubungan dengan teori pengambilan keputusan sosial-ekonomi. Akan tetapi bisa diterapkan pada proses pengambilan keputusan pada SCM. Bahwa pada pengambilan keputusan dengan tujuan jamak di mana tidak bisa ditentukan dengan uang saja, maka tidak mungkin direalisasikan secara rasional dan sistematis. Pada pengambilan keputusan akan selalu muncul ketidak-logisan dan ketidak-pastian. Kalau pada Bid-Tab, kalau faktor non-price dipertimbangkan, maka evaluasi nilai tidak akan pernah bisa ditentukan secara sistematis. Sehingga sebagai jalan keluarnya, keputusan subjektif manusia akan selalu tetap dibutuhkan.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home