Monday, April 21, 2008

Peran Masyarakat dan Stiatistik

Sebuah tanggapan terhadap forward berjudul "Ketika Malin Jadi Kaya" di Warung-Statistik.

Salam,
Mau ikutan ngisi pundi-pundi tanggapan.
Tanggapan sederhana ini adalah berupa ajakan untuk melihat kembali betapa besarnya pengaruh masyakat dalam berbagai hal. Dan mencobamelihatnya dalam hubungannya dengan statistik kita.Aku ajak untuk melihat cerita Si Malin kedalam 3 hal ini.
-Pengukuran hasil
-Kapitalisme
-Sistem dan struktur yang tidak adil

Pengukuran hasil:
Siapakah yang sebenarnya memberikan pengukuran terhadap hasil darisebuah perjuangan seseorang?
Bisalah dikatakan lingkungan masyarakat sekitar sangat ikut berperan dalam penilaian itu. Dan penilaian masyarakat itu ikut menggesertarget langkah si Malin ketika dia pergi menjauhi rahim ibunya.
Ketika masyarakat tak lagi menyambut meriah si "Syahrir" atausi "Hatta", maka si Malin pun mengalihkan langkahnya.
Berbahagiakah si Malin, ketika kembali mendapatkan rahim yang kembali luka? Mungkin tidak.
Tapi mungkin juga iya, karena sambutan terhadap gemilaunya pundi-pundinya jaub lebih meriah. Kemeriahan itu seolah menutupi semua luka itu.
Masyarakat tanpa sadar telah ikut menyumbang perubahan ini. MENGAPA?

Kapitalisme:
Sering kali paham ini menjadi sebuah kambing hitam sebagai penyebab akan terjadinya sebuah ketidak adilan dalam masyarakat.
Aku bukanlah pengagum paham ini, tapi keberadaan kita yang mau tak mau terlibat dalam paham ini membuat kita sebaiknya melihatnya secara lebih jauh."Kapital" seharusnya tidaklah melulu berarti sebuah materi yang diukur dalam betuk fisik berupa rupiah. Kapital bisa berupa ilmu dan budaya, bukankah ada istilah kaya juga untuk ilmu dan budaya.
Sehingga, kalau kita melihat kapital dari arti yang lebih luas, seharusnya paham kapitalis ini cukup membuka pintu yang lebar ke arah pendapatan yang berdistribusi normal yang kurus. Justru bisa menjadikan pendapatan masyarakat yang lebih merata. Awal tahun ini Om B Gates menyegarkannya dengan sebutan Creative Capitalism.
Masyarakat belum melihat pasar dan memanfaatkan kesempatan ini. MENGAPA?

Sistem dan struktur yang tidak adil:
Mengharapkan sistem ini berubah secara sendirinya adalah sebuah harapan yang tipis. Begitu juga kalau berharap perubahan datang daripara kalangan elit.
Dalam prakteknya, kenapa bisa terjadi sebuah sistem yang tidak adilbisa berjalan dengan sangat mulus?
Jelas, karena tak ada rintangan yang cukup berarti menghalanginya. Masyarakat yang menyaksikan itu hanya mengundel, mengomel. Ada juga yang dengan slogan gagah muncul sebentar kemudian menghilang tanpa bekas.
Masyarakat tidak mengambil tindakan nyata menghalagi ketidak-adilan itu. MENGAPA?

Aku begitu yakin, STATISTIK memiliki peran yang sangat besar untuk menjawab MENGAPA tadi itu semua. Karena statistik adalah data yang benar, yang mampu memberikan ukuran dan arah yang benar, yang membantu dalam memanfaatan kekayaan kreafitas. Statistik juga merupakan alat bantu masyarakat untuk melihat ketimpangan struktur secara lebih berdasar. Dasar itu akan menimbulkan keinginan dan keberanian masyarakat untuk melawan ketidak adilan.

Nyatalah, sebenarnya perubahan telah juga mencapai terjadinya sebuah peluang revolusi sosial. Dimana kratifitas ilmu dan budaya bisa merupakan sebuah kekayaan nyata dalam sebuah sistem kapitalis yang kreatif.

Persoalan yang tersisa adalah, bagaimana kita-kita para insan statistik ikut memperkaya peran masyarakat untuk menuju kehidupanyang lebih baik.

Salam,
Aditya Warman Gintings

Wednesday, September 26, 2007

Men-sains-kan Manajemen

Men-sains-kan Manajemen
Kalau kita telusuri asal muasal teori manajemen, kita akan menemukan "Principle of Scientific Management" yang diusulkan oleh F Taylor pada seratus tahun lalu (1911). Dia adalah seorang warga Amerika, yang dikenal sebagai "Father of Scientific Management". Yang difikirkan oleh Taylor (Chief Engineer pada Steel Company) adalah, bagaimana meningkatkan produkstifitas pekerja pabrik. Dia memulainya dengan menganalisa dari titik pandang "work movement time" para pekerja. Melakukan berbagai obserfasi, mencari cara terbaik untuk meningkatkan produktifitas. Sambil menggenggam stopwatch, dia mengamati gerak maupun timing istirahat pekerja.
Salah satu contoh terkenal yang dijabarkannya adalah, pekerjaan pengangkutan kumpulan besi di pabrik. Sebelumnya, seorang pekerja hanya sanggup mengerjakannya 12.5 ton sehari.Taylor, dengan berbagai pengamatan yang berulang-ulang dan tekun, dia melakukan perbaikan cara kerja. Hasilnya, kemampuan seorang pekerja meningkat menjadi 47 ton per hari. Hebatnya lagi, dia berhasil menambah frekwensi dan jam istirahat para pekerja. Dalam 1 jam, yang benar-benar dipakai bekerja adalah 25 menit, sisanya 35 menit dipakai untuk istirahat.Dengan kata lain, dia menetapkan jam istirahat yang lebih panjang dibanding jam kerja. Ini adalah sebuah seni tingkat tinggi manajemen waktu.
Pada zaman itu, kebanyakan upah pekerja bukanlah upah harian atau jam-an, tapi berdasarkan hasil kerja. Jadi, berkat cara manajemen-sains yang dihasilkannya, para pekerja menjadi lebih banyak istirahat tapi penghasilannya bertambah. Bagi pihak manajemen, bisa mendapatkan peningkatan produktifitas sebesar 4 kali lipat. Semua saling menguntungkan. Kalau istilah sekarang disebut hubungan yang Win-Win.
Teknik Taylor berupa resolusi konsep task (), pemilahan dan pen-standard-an pekerjaan, juga pemisahan perencanaan dan pelaksanaan. Khususnya dia mengembangkan teknik manajemen sains yang berfokus pada time-study dan work-study. Kemudian bidang ini berkembang yang disebut dengan Industrial Engineering (Di negara kita disebut sebagai Teknik Industri). Teknik ini berkembang pesat bersamaan dengan zaman mass production di Amerika.
Perusahaan-perusahaan yang sanggup melaksanakan dan mengembangan ide ini, kemudia menempati urutan-urutan top perusahaan dunia.
Bagi yang sudah membaca sampai bagian ini, mungkin akan merasa bahwa "pengertian manajemen jauh lebih luas dari sekedar perbaikan pergerakan-kerja".
Betul sekali.
Pengertiannya seluas apakah gerangan? Bagaimana cara melakukannya supaya bisa lancar dan baik?

Maka akan muncul juga nama Henry Fayol, seorang warga Prancis yang disebut sebagai "Father of Modern Management". Dia hidup pada zaman yang sama dengan Taylor. Kalau Taylor disebut memiliki ide bottom-up, sedangkan Fayol top-down. Fayol mengusulkan teori manajemen proses. Dia membagi fungsi manajemen menjadi 5 fungsi, sampai saat ini ide pembagian ini masih terus dipakai, meskipun disederhanakan menjadi 4 siklus manajemen (PDCA).

Bagaimana gerangan perbedaan konkrit ide kedua tokoh manajemen ini?

…bersambung …

Saturday, September 01, 2007

Mengukuhkan Supply Chain dari dasar (kedua)

Visualisasi Proses
Pencarian esensi persoalanPerbaikan presisi Peramalan Demand (Demand Forecast) atau memperpendek periode
Hal-hal yang harus dilakukan pada SCM (Supplay Chain Management) dibagi kedalam 2 kelompok besar berikut.

  • Pertama, memperpendek lead-time.
  • Kedua, memperbaiki presisi Peramalan Permintaan.
Untuk melaksanakan secara efisien dan cocok dengan situasi perusahaan, di sini akan diperkenalkan visualisasi dari proses. Dengan memvisualisasi, kita kan bisa melihat persoalan dan esensi persoalan tersebut.
Pada bagian sebelumnya, telah disebutkan bahwa untuk mensukseskan pelaksanaan kebijaksanaan pereformasian SCM, "enabling" adalah merupakan kuncinya. Kemudian juga telah disebutkan tentang kerangka model SCOR (Supplay Chain Operations Reference Model) yang efektif untuk pendesainan proses SCM.
Di sini akan dijabarkan hal berikut.

  • Bagaimana memakai SCOR sebagai templete
  • Pendesainan proses yang mempertimbangkan pendeskripsian proses yang sedang berjalan dan "enabling"
Sasaran SCM
Sebelum kita membahas cara pendesainan proses SCM yang mampu berjalan baik, kita akan menegas kan kembali tujuan dari SCM. Karena, kita akan memakai SCOR untuk merealisasikan tujuan dasar dari SCM.
SCM adalah sesuatu yang menyediakan

  • barang yang dibutuhkan
  • sebanyak yang dibutuhkan
  • pada saat dibutuhkan.
Akan tetapi yang bisa merealisasikan ketiga elemen ini bukanlah SCM yang sesungguhnya. Untuk merealisasikan ketiga point tersebut, cukup dengan menyediakan stok yang banyak. Tapi dengan cara ini maka akan terjadi pemborosan biaya stok, butuknya cash-flow dan tingginya resiko dead-stock. Maka, dengan meminimumkan stok dan biaya operasional juga sekaligus merealisasikan ketiga point tadi, adalah merupakan isi dari sasaran SCM. Untuk itu, pengoptimalan perbagian dalam perusahaan telah mencapai batas limit. Dengan mengoptimalkan proses perusahaan secara keseluruhan sekaligus juga memperhatikan hubungan antar perusahaan, maka akan terealisasikan SCM yang efektif.

Dua Pendekatan SCM
Pendekatan perealisasian SCM yang efektif bisa dibagi kedalam 2 jenis sebagai berikut:

  1. pendekatan aspek pelaksanaan dengan memperpendek lead-time,
  2. pendekatan aspek perencanaan dengan meningkatkan presisi peramalan permintaan.

(bersambung)

-Aditya Warman Ginting Sugihen-

Mengukuhkan Supply Chain dari dasar

Esensi Kegagalan SCM
Kebijaksanaan yang mempertimbangkan "Enabling" adalah Tahapan Utama penuju Suksesnya SCM
Sebagai teknik reformasi bisnis, juga SCM (Supply Chain Management) juga menancapkan akarnya di Indonesia. Ada perusahaan yang meningkatkan daya saingnya melalui pemanfaatan SCM secara baik. Tapi ada juga perusahaan yang gagal. Di sini akan disajikan apa yang diperlukan untuk membimbing keberhasilan SCM pada perusahaan.
Ada banyak terdengar kasus kegagalan SCM. Pengorbanan baik biaya maupun tenaga yang telah dikeluarkan tidak memberikan hasil yang seperti diharapkan. Ini adalah kerugian yang besar bagi perusahaan.

Tulisan ini bermaksud menyajikan teknik untuk penjegahan kegagalan seperti ini.
Penyebab tidak berfungsi sebagai mestinyaSCM adalah reformasi keseluruhan perusahaan yang dilakukan dengan sangat hati-hati. Menggambarkan bentuk perusahaan yang ideal dan untuk mencapainya, memikirkan kebijaksanaan yang diperlukan, serta melakukan perubahan proses bisnis secara individual.

Akan tetapi, ketika perubahan proses bisnis di lapangan, akan muncul berbagai persoalan yang esensial. Persoalan itu adalah tidak jalannya kebijaksanaan yang telah direncanakan. Di lapangan sering terdengar kalimat sebagai berikut.
#Team Sukses Reformasi: Kebijaksanaan yang baik sekali, tapi Suplier dan Dealer tidak mampu mengikuti.
#Petugas Lapangan: Maksud Kebijaksanaan sih ngerti, tapi di lapangan telah melaksanakan aktifitas kaizen, dimana sih bedanya?
#Pelaksana Lapangan: Mengerti sih apa yang harus dilakukan, tapi kalau dilakukan keuntungan apa yang diperoleh ya?
#Petugas Lapangan: Meskipun kami di lapangan melaksanakannya dengan baik, kami toh tidak dihargai, padahal petugas lapangan juga yang susah.

Enabling pada kasus pembelian mobil
Pada waktu membeli mobil, kita akan memperhitungkan faktor uang, teknik pengemudian, situasi jalan, tempat pemeliharaan (bengkel) dan sebagainya. Kalau kita mengabaikan faktor ini maka kita tidak akan bisa menikmati kenyamanan bermobil.
(bersambung)
-Aditya Warman Ginting Sugihen-

Friday, June 01, 2007

Eksistensi dan Logika


Bukankah terang-gelap, searah-berlawanan adalah merupakan sesuatu yang harus ada pada sesuatu eksistensi.


Logika adalah fiksi dari sebuah titik pandang, dia tidak dapat mengekspresikan eksistensinya sendiri. Pepatah bilang "seperti orang buta yang menceritakan tentang gajah". Dia akan bercerita tentang bagian yang dia sentuh. Manusia tidak dapat memahami sebuah eksistensi secara menyeluruh. Akan tetapi mampu memahami sebuah kebutuhan phenomena terbatas.Pada sebuah eksistensi terkandung sesuatu logika yang berkontradisksi.

Ketika seseorang melihat dari sebuah logika (pikiran), akan ada pihak lain merasakan kontradiksi.Keduanya disebut dengan thesis dan anti-thesis. Mungkin bisa dikatakan gelap-terang, searah-berlawanan, depan-belakang, tapi akan pasti ada aspek kontradiksi yang tersembunyi.

Eksistensi dari kemiringan (slope) adalah satu, tapi di sana ada "slope-menanjak" dan "slope-menurun". Oleh karena itulah ada eksistensi phenomena "gerak-gelombang". Karena adanya keseimbangan kuat-lemah atau fluktuasi maka ada gerak (perpindahan benda). Dengan kata lain, logika bukan satu, tapi merupakan sebuah set dari dua sistem logika yang berlawanan. Bukan soal mana yang benar atau mana yang salah. Seperti "pedal gas dan rem". Tapi kalau kita berada pada sebuah logika, kita akan melihat logika yang lain adalah salah.

Sebenarnya, ketika sebuah phenomena direalisasikan, akan muncul sebuah sosok yang merupakan gabungan dari keduanya. Demikian juga halnya pada situasi pembangunan, muncul 2 logika. Sebuah komunitas dan dunia yang terbuka. Komunitas adalah logika melindungi wilayah dan, dunia yang terbuka adalah logika ekonomi pasar global yang berkonotasi kapital (termasuk foreign capital). Dalam-luar. Bebas-terikat. Individu-nation. Kalau kita hanya mengambil sebuah logika saja, maka yang satunya akan ditekan. Sehingga kita perlu meletakkan keduanya pada kaki kita. Kalau salah satu tidak ada, maka akan terjadi ketimpangan. Pada tubuh kita, terdiri dari sympathetic nerve dan parasympathetic. Perkembangan adalah satu set dengan pengerutan. Akan tetapi, logika yang merupakan sesuatu pikiran adalah bisa juga eksis meskipun hanya dari satu sisi saja. Sehingga ada kecenderungan pengungkapan pikiran yang seperti sebuah garis linear. Keberadaan manusia atau masyarakat sebaiknya tidak diukur hanya dari satu logika. Tapi dari gabungan logika yang bertentangan seperti pedal gas dan rem. Adalah alami kalau kedua logika itu ada.

Akan tetapi, dalam hubungannya dengan dunia luar, akan muncul kuat-lemah di antaranya. Ini melahirkan perubahan dan penanggulangan. Dikotomi atau oposisi mutlak seperti teman-musuh, sepertinya sudah selayaknya ditinggalkan. Kedua perbedaan itu bukan untuk selalu dipertentangkan, tapi keberadaannya tetap ada secara relatif, pada saat yang tepat yang satu menggantikan yang lain. (Ini bisa diartikan bahwa keduanya berbeda menurut dimensi waktu, dimana yang satu bisa berfungsi pada masa sebelumnya, tapi sedang tidak berfungsi pada saat sekarang). Jadi bisa dikatakan, akan sangat berbahaya kalau hanya mengandalkan sebuah logika.

Seseorang yang terbiasa dengan pengekspresian sains akan menginginkan kepraktisan logika tunggal. Akan tetapi itu tidak lebih dari sebuah penjabaran yang dibatasi oleh prakondisi.


Kehidupan adalah keberadaan dari gabungan logika yang bertentangan.

Thursday, May 31, 2007

Formula sederhana pada bisnis, pencarian pekerjaan dan cinta?


Buatlah daftar "topik = sesuatu yang kurang"
Berikut akan diperkenalkan "formula hidup" yang bisa diterapkan pada bisnis, pencarian pekerjaan dan lain lain.
Formula "ideal - realitas = topik" adalah formula perealisasian pemikiran ideal anda.

Kalau kita berkeinginan merealisasikan cita-cita (ideal) pada pekerjaan, maka perlu mengukur apa yang bisa kita perbuat (kenyataan), dan mengenal (mengetahui) apa yang kurang (topik) adalah merupakan titik awal. Kalau cita-cita terlalu tinggi, maka hanya akan menambah jumlah tumpukan "stress" karena sulit menemukan cara mencapainya. Sebaliknya, kalau cita-cita terlalu kecil, maka mungkin akan menjadi tidak menarik karena topik persoalannya bisa diselesaikan dengan mudah, tanpa ada tantangan.
Cita-cita (ideal) bukanlah impian, karena cita-cita adalah bukanlah selalu merupakan sesuatu yang mustahil untuk dicapai. Cara atau jalan untuk mencapainya mungkin masih tersembunyi di sesuatu tempat, yang akan muncul sendiri kalau kita mencarinya. Matsushita Konosuke (pendiri perusahaan Matsushita) menyebutnya dengan ungkapan sederhana, "Orang yang tidak sungguh-sungguh berkeinginan naik ke tempat yang lebih tinggi, tidak akan menemukan anak tangga".
Mencermati ideal dan kenyataan akan memunculkan "apa yang kurang = permasalahan". Di sini topik permasalahan bisa diterjemahkan sebagai awal dari pencarian cara penanggulangan. Yaitu, apa yang sebaiknya dilakukan agar bisa mencapai tujuan ideal.
Dengan menyelesaikan satu per satu persoalan yang sudah kita list-up maka akhirnya tujuan ideal akan menjadi kenyataan. Seiring dengan tahapan penyelesaian permasalahan, mungkin akan ada juga perubahan tentang bayangan ideal yang kita pikirkan pada awalnya. Perubahan itu adalah, dari yang tidak bisa menjadi bisa, dan juga akan terjadi perubahan cara pandang kita karena kita sudah bisa melihat dari tempat yang sedikit lebih tinggi. Ideal transfigures.

Sebaliknya, orang yang tidak dapat me-list-up permasalahan adalah orang yang tidak mengenal persis dirinya sendiri. Dia tidak tahu apa kemampuannya dan tidak tahu bagian kekurangannya. Sehingga disarankan untuk mengamati diri sendiri secara nyata terlebih dahulu.
Permasalahan berawal dari mimpi (cita-cita), sehingga perlu merubahnya ke dalam sebuah perencanaan. Untuk itu ada 2 faktor penting berikut. Pertama, tentukan deadline-nya. Kedua, menyusun metodologinya. Tentukan secara tegas dan lugas, sampai kapan metoda itu dipakai pada penyelesaian permasalahan, kemudian majulah selangkah demi selangkah.

Pentingnya sebuah strategi pada penanggulangan permasalahan
Cara seperti ini berlaku juga pada pencarian pekerjaan. Misalnya, berkeinginan menjadi diplomat, kalau realitasnya merasa tidak yakin memiliki kemampuan bahasa asing yang baik, maka bisa membuat strategi kongkrit dengan mengikuti kursus bahasa asing. Atau misalnya mau jadi petugas keamanan atau preman, dari pada kemampuan berbahasa tentu kekuatan jiwa dan fisik lebih penting, maka belajarlah ilmu beladiri. Ini adalah sebuah metodologi. Yang berarti sikap berstrategi pada penanggulangan permasalahan adalah penting.
Ada seorang wartawan muda yang banyak mengumpulkan cerita pengalaman para pimpinan perusahaan. Dia menemukan bahwa ada banyak kemubajiran karena konten itu tidak dimanfaatkan. Naluri bisnisnya menggerakkannya untuk membisniskan informasi yang diperolehnya itu dengan cara menyediakan jasa penyewaan konten informasi pengalaman para pimpinan perusahaan itu. Kemudian mengusulkannya pada atasannya langsung, tapi kurang mendapatkan tanggapan yang positip. Tanpa berputus asa dia melakukan perbaikan proporsal, dan mengajukannya lagi. Juga mengajukannya pada pimpinan yang lain sampai para pemimpin itu merasa tertarik dan dijadikanlah menjadi sebuah proyek bisnis yang menguntungkan. Dalam kasus ini, realitas adalah membuat pimpinan berubah jadi tertarik, dan topik permasalahan adalah bagaimana teknik menyampaikan sebuah gagasan pada atasan.

Ada hal yang perlu diperhatikan pada formula ini. Jangan mencampur adukkan antara ideal, realitas dan topik permasalahan. Kita ambil contoh yang mudah dicerna, misalnya "perut lapar", ideal = perut kenyang, realitas = perut kosong. Pada kasus ini, karena ada perbedaan antara "bagaimana seharusnya" dengan kenyataan "realitas", maka akan muncul topik permasalahan. Akan tetapi "realitas perut lapar" berbeda dengan "persoalan memakan sesuatu". Kalau kita mengamati lebih dalam tentang pertanyaan mengapa perut lapar, maka akan muncul persoalan lain seperti sibuk (tidak sempat makan) atau tak ada uang atau tak ada warung. Topik permasalahannya adalah bagaimana melahirkan sebuah aksi berupa mengatur waktu, menyediakan uang, atau mencari warung. Dengan kata lain, topik = penyelesaian harus diikuti oleh sebuah aksi. Maka kalau sudah menemukan jalan keluar maka lakukanlah segera.
Formula ini dapat diterapkan pada berbagai aspek yang luas seperti dunia usaha, pencarian pekerjaan. Pada romantika percintaan, …ada faktor hati wanita. Untuk variabel yang tidak ada pada formula ini seperti faktor getaran hati pun, kalau dihadapi dengan kesungguhan, mungkin mimpi ideal itu akan datang menghampiri.

Monday, November 13, 2006

Perubahan Menuju pada Kemitraan


Perubahan Menuju pada Kemitraan
Di Silicon Valley perkembangan bisnis berjalan dengan sangat cepat. Hampir setiap hari akan muncul kisah sukses baru.
Kesempatan terbuka tidak hanya bagi orang yang telah terjun ke masyarakat, pada mahasiswa pun memiliki kesempatan untuk langsung berbicara dengan CEO, dan melahirkan bisnis yang baru.
Demikian juga halnya dengan tempat, tidak terbatas hanya di kantor saja. Di bar, sebuah pembicaraan bisa saja berlanjut ke dalam pembicaraan bisnis. Usia dan ras juga tidak menjadi hambatan. Ini adalah hasil dari niat-an yang ditanamkan para pionir.
Ini adalah sebuah dunia nyata di mana masuknya beragai ide, man-power, uang dari berbagai belahan dunia yang kemudian berkembang menjadi bisnis dengan cepat.
Struktur network, tidak berbentuk vertikal seperti jaman dulu, tapi berbentuk horizontal. Dan juga, yang penting bukan hubungan antara perusahaan, tapi hubungan orang per orang secara pribadi dalam sebuah komunitas network. Yang sangat berperan dalam memperluas human network ini adalah keberadaan NGO yang bernama Smart-Valley. Kebanyakan perusahaan tidak mengerjakan pekerjaannya secara intern, tapi menyerahkannya pada pihak lain. Pada 1990-an outsourcing merupakan sebuah kata penting di dunia, tapi di khususnya di Silicon Valley, ada banyak perusahaan yang telah meng-outsourcing-kan pekerjaan bahkan sampai pada strategi perusahaan ke pihak lain.

Tingkat kesuksesan venture capital 30%
Venture capital tidak hanya terbatas sebagai investor, tapi di Silicon Valley, venture capital memberikan investasi juga pada teknologi. Dengan kata lain, memberikan pengetahuan manajemen pada teknisi dan kalau tidak punya pengalaman tentang keuangan maka diberikan juga service tenaga yang mengurusi masalah keuangan. Bahkan juga ada kemampuan untuk menyediakan tenaga bisnis (pemasaran) profesional. Sehingga, dengan modal satu keahlian saja, bisa mendirikan sebuah usaha venture.
Dalam kondisi seperti ini, sebagian besar perusahaan venture yang muncul memasukkan stok option pada pegawai. Venture capital menyediakan kesempatan bagi perusahaan venture, dan kemudian perusahaan venture menyediakan intensive sesuai dengan kwalitas hasil kerja pegawai.

Sasaran dari Smart-Valley adalah Perbaikan Kwalitas Hidup
Pada sekitar 1992, Silicon Valley mengalami depresi yang dalam. Smart-Valley yang merupakan gabungan penguasaha-pemerintah-perorangan lahir pada tahun ini. Dengan renacana 5 tahunan, komunitas itu memasuki reformasi niat bekerja-sama. Tujuannya adalah "mengaktifkan ekonomi regional" dan "meningkatkan kwalitas hidup". Para pemimpin melakukan penyederhanaan prosedur dan membuat standard yang jelas, serta memecahkan tembok pemisah antara bagian.
Di negara kita juga ada istilah kerjama pemerintah dengan dunia usaha. Tapi di Silicon Valley, orang-orang yang memikirkan diri sendiri tersingkirkan. Yang tersisa adalah sebuah komunitas network perorangan.
Jadi perubahan Silicon Valley bukanlah berubah secara ekonomi, tapi terdapat hasil yang besar bagi orang-orang yang berpartisipasi pada "information sharing" atau "perluasan koneksi". Terdapat perubahaan dari "persaingan" ke "kerjasana komunitas".

Sunday, November 12, 2006




Pengambilan Keputusan pada SCM (2)

(Sebuah Paradok)

Pada penentuan penyuplai bahan baku, harga adalah faktor penting, tapi bukan satu-satunya faktor penentu. Di bagian sebelumnya telah disebutkan bahwa, selain harga ada faktor manfaat (fungsi) atau kwalitas yang merupakan faktor penentu yang perlu diperhitungkan. Dari sisi penjual, selain faktor harga, biasanya disebut "non-price competitiveness". Sebaliknya, dari sisi pembeli, faktor ini merupakan faktor penentu nilai pakai. Kemudian, dari keseimbangan nilai pakai dan harga perolehan inilah dipilih penyuplai.
Pihak pembeli biasanya membuat semacam tabel pembanding dengan menggabungkan faktor harga dan faktor lainnya (non-price). Pada pengaturan suplai di manajemen proyek, pekerjaan ini disebut "Bid Tab". Biasanya manejer proyek berkewajiban mengatur supaya petugas untuk melaksanakan pemilihan yang tepat logis melalui pembuatan tabel ini. Pada contoh pembelian mobil yang disebutkan di depan, tabel yang dipakai merupakan contoh bid tabulasi ini.
Pada contoh itu, telah dipakai formula Borda untuk menentukan pilihan.
Akan tetapi, bendahara anda mengamati Bid-Tab anda dan mengajukan usulan diluar dugaan anda. Pertama-tama, kurangi pilihan terburuk (mobil Y) dari daftar, kemudian lakukan sistem voting untuk memilih dari sisanya. Maka Bid-Tabnya akan menjadi seperti berikut.

Tipe----------- X Z
Harga--------- 16 19
Disain--------- B A
Performa----- B C
Kestabilan---- C A
Bahan Bakar- B A
Service------- B C
Onderdil----- B C

Sekarang, X dan Z memiliki total point yang sama yaitu 9. Karena itu, berdasarkan harga maka dipilihlah Y, lanjut sang bendahara. Hasilnya, adalah ketidak logisan.
Pada contoh ini, dengan formula Borda, proses penentuan kebijaksanaan telah menghilangkan "kebebasan dari objek yang tak berhubungan".
Kalau dilihat dari sudut pandang rasional, sepertinya sistim voting sederhana maupun formula Borda mengandung persoalan. Jadi, apakah ada cara yang lebih baik untuk metoda penentuan kebijaksanaan?
Mari kita defenisikan sedikit lebih jelas defenisi "rasionalitas". Untuk membuat penentuan kebijaksanaan yang rasional, maka paling tidak kondisi berikut ini perlu dipenuhi.

  1. Unrestricted Domain: terdapat kebebasan untuk menentukan pengurutan objek (item) yang menjadi faktor evaluasi
  2. Transitive Property: pengurutan dapat dilakukan dengan kwantitas. Dan tidak terjadi siklus pengurutan. Dengan kata lain, kalau X > Y dan Y > Z maka X > Z
  3. Independence of Irrelevant: pengurutan dalam evaluasi pembandingan harus bebas dari objek yang tidak berhubungan
  4. Weak Pareto Principle: kalau pada evaluasi perbandingan item X > Y, maka hasil dari penentuan kebijaksanaan juga X > Y
  5. Non-Dictatorship: tidak terdapat kekuatan diktator yang menentukan hasil pengurutan pada evaluasi

Yang manapun kelihatannya adalah kondisi (syarat) yang sangat wajar. Akan tetapi, ahli ekonomi Kenneth Arrow membuktikan secara matematika bahwa tidak ada formula yang bisa memenuhi semua persyaratan tersebut. Menurut dia, kalau persyaratan (1) - (4) terpenuhi maka persyaratan (5) tidak bisa dipenuhi. Akibatnya hanya beberapa standar yang mempengaruhi hasil. Arrow menyebutnya "General Possibility Theorem". Dengan kata lain, pada pengambilan keputusan secara sosial, sepintas akan terlihat logis, akan tetapi akan selalu ada muncul diktator (pemaksaan) di dalamnya. Dengan penemuan ini dia dianugerahi Nobel untuk economics science pada 1972.
Apa arti dari teori Arrow ini? Apakah ini berarti bahwa pada masyarakat demokrasi yang rasional, pasti dibutuhkan munculnya diktator? Bukan. Bukan begitu, tentunya. Dia hanya menunjukkan bahwa meskipun pada pengambilan keputusan terlihat rational, tapi selalu terdapat keterbatasan kelogisan.
Pada semua sistem voting secara demokrasi (termasuk formula Borda), akan selalu terdapat kemungkinan manipulasi secara terstrategi. Hal ini dijelaskan secara matematika pada Gibbard-Satterthwaite theorem. Sebagai tambahan, dalam kondisi ada 2 calon yang yang bebas dan setiap pemilih memiliki hak yang sama, dibuktikan juga bahwa dengan sistem voting yang bagaimanapun ada bahaya munculnya lingkaran setan, dimana tidak bisa ditentukan pemenangnya.
Teori Arrow sebenarnya adalah teori yang berhubungan dengan teori pengambilan keputusan sosial-ekonomi. Akan tetapi bisa diterapkan pada proses pengambilan keputusan pada SCM. Bahwa pada pengambilan keputusan dengan tujuan jamak di mana tidak bisa ditentukan dengan uang saja, maka tidak mungkin direalisasikan secara rasional dan sistematis. Pada pengambilan keputusan akan selalu muncul ketidak-logisan dan ketidak-pastian. Kalau pada Bid-Tab, kalau faktor non-price dipertimbangkan, maka evaluasi nilai tidak akan pernah bisa ditentukan secara sistematis. Sehingga sebagai jalan keluarnya, keputusan subjektif manusia akan selalu tetap dibutuhkan.

Pengambilan Keputusan pada SCM(Sebuah Paradok)



Pengambilan Keputusan pada SCM(Sebuah Paradok)
Sering kali terjadi kebingungan untuk menentukan pilihan ketika menghadapi persoalan perencanaan dan penjadwalan produksi pada SCM (Supply Chain Management). Itu karena pada perencanaan kita berhadapan dengan ketidak pastian tentang hal yang terjadi di masa yang akan datang. Tidak adanya metoda peramalan yang ampuh, mengakibatkan esensi penjadwalan produksi memiliki tujuan-jamak (multi objective).
Misalnya,

  • sebisanya seluruh order produksi terpenuhi,
  • sengurangi stok barang,
  • meningkatkan produktifitas pabrik.,
  • membuat ukuran lot sekecil mungkin, memperkecil lead-time,
  • mengurangi frekwensi setup, meningkatkan kwalitas.

Tidak ada penyelesaian (solusi) yang bisa memenuhi keseluruhan tujuan itu secara sekali gus. Ada hubungan trade-off antara tingkat ketepatan janji, volume stok, tingkat utiliti facilitas, lead-time dll. Pekerja yang berhubungan dengan penjadwalan produksi mengetahui hal ini dari pengalamannya. Sehingga, pada software APS (Advance Planning & Scheduling) dibutuhkan fungsi yang memungkinkan mengevaluasi pembandingan dari beberapa jadwal yang dihasilkan. Akan tetapi, bagaimana bentuk konkrit dari evaluasi pembandingan ini?
Persoalan yang sama juga terjadi pada bidang pensuplaian. Ketika melakukan pilihan suplier material, tentu saja perlu melakukan evaluasi perbandingan dari beberapa calon. Kebanyakan tenaga IT akan melakukan price-auction dengan memilih yang yang paring murah. Dalam dunia pembelian, harga bukanlah satu-satunya penentu evaluasi. Harga memang merupakan faktor yang cukup menentukan, tapi ada ungkapan yang bilang "membeli murah dapat yang buruk".
Sebagai contoh, misalkan kita bermaksud membeli mobil baru. Membandingkan Benz dengan Bemo. Mungkin hampir tidak ada orang yang memilih untuk membeli Bemo karena harganya murah. Performa dan kegunaannya sangat jauh berbeda. Contoh itu mungkin terlalu ekstrim. Kita ambil contoh mobil yang memiliki kelas yang sama, tentu saja bukan hanya harga saja yang menjadi faktor penentu bukan?

  • Tipe---------- X Y Z
  • Disain-------- B C A
  • Harga-------- 6 7 9
  • Mesin-------- B A C
  • Performa---- C B A
  • Kestabilan--- B C A
  • Bahan-Bakar B B C
  • Service------- B C C

Apakah ada cara sistematis yang bisa menentukan sehingga semua orang bisa setuju dengan hasilnya? Kalau ada, cara seperti apa gerangan.
Misalkan anda sangat menyukai mobil tipe Z, tentu saja diperlukan alasan logis untuk bisa disetujui bendahara. Untuk lebih singkatnya, daftar harga tersebut di atas dipenuhi oleh berbagai kondisi sehubungan dengan pembayaran. Daftar tersebut merupakan konfersi nilai peroleh saat ini. Mungkin anda mememiliki faktor penentu selain harga mobil, misalnya tingkat kegunaan. Bisa saja anda merasa bahwa perbedaan harga yang ada merupakan hal yang tidak terlalu penting jika dibandingkan dengan manfaat yang anda dapatkan.
Hal yang langsung terpikirkan adalah, menjumlahkan "nilai" yang telah kita buat terhadap masing faktor pertimbangan, dan melakukan pilihan dari total nilainya. Ini adalah sistim voting. Faktor penentu pilihan adalah desain, performa mesin, dan kestabilan. Calonnya adalah X, Y, Z. Ini sama dengan Kontes Kecantikan, Ujian Penerimaan Pegawai, Pemilu dsb.
Misalkan kita coba untuk memberikan nilai satu untuk untuk item yang kita anggap memuaskan (A). Dari total nilai yang ada maka Z (dengan total nilai 3) adalah yang terpilih.Akan tetapi, mari kita coba juga dengan memberikan nilai untuk item yang buruk (C). Maka kita akan mendapatkan total nilai yang sama pada Z dan Y. Hasilnya Z termasuk juga yang memiliki total nilai 3 yang tinggi.
Ketika kita menentukan standar evaluasi yang yang berlawanan, tapi hasil pilihannya adalah sama, maka cara pilihan tersebut adalah tidak rasional. Para peneliti teori pembuatan keputusan menghindari cara ini karena nyata-nyata tidak rasional. Penelitian untuk hal ini telah dilakukan pada abad ke 18 di Prancis (ketika secara sosial politik telah mencapai titik jenuh yang melahirkan Revolusi Prancis).
Maka diusulkanlah metoda yang memberikan nilai sesuai dengan tingkat prioritas (misalnya, 3, 2, 1) dari item evaluasi. Cara yang saat ini sering dipakai ini disebut formula Borda (Jean-Charles de Borda). Dengan metoda ini, kalau dilakukan perhitungan secara sistematik maka akan didapatkan masing-masing total nilai sebagai berikut, 11 untuk X, 10 untuk Y dan 12 untuk Z. Kali ini hasilnya terlihat seperti yang anda inginkan.
Akan tetapi, pada formula Borda ini ada ruang yang memungkinkan terjadinya kesengajaan untuk mengarahkan hasil pilihan. Pada abad ke 20, ada penemuan yang luar biasa pada dunia penelitian matematika ekonomi tentang proses penentuan kebijasanaan. Metoda penentuan kebijaksanaan yang rational dan sistematik ini mengatakan bahwa segala sesuatu pasti akan mengalami sesuatu paradok. Teori Godel (Kurt Godel) ini membuktikan "teori ke-tak lengkap-an" (incompleteness theorems). Teori ini menunjukkan "ke-tak-lengkapan" yang ada pada proses pengambilan keputusan yang bertujuan-banyak (multipurpose).

Dunia berubah dari garasi
Silicon Valley ada diantara San Fransisco dan San Jose. Di daerah ini dikenal sebagai tempat berkumpulnya high-tech. Di wilayah itu juga da banyak universitas terkemuka. Akan tetapi tidak banyak yang tahu bahwa tempat ini mulai dikembangkan oleh Stanford University pada 1891. Tanah yang luasnya 3300ha disediakan oleh seorang pebisinis komiditi railroad, untuk menjadi tempat belajar bagi generasi muda, yang akhirnya menjadi universitas.
Seperti juga di negara manapun, banyak universitas swasta yang dijadikan komiditi bisnis. Akan tetapi Standford memiliki keunikan karena didirikan dengan niat perhatian terhadap aplikasi sain.
Hewlett Packard adalah perusahaan high-tech yang lahir pada 1939 di Silicon Valley. Ketika itu Frederick Terman professor universitas Standford sering mengucapkan pada mahasiswa untuk tidak memasuki perusahaan besar. Karena itu dapat menjadi penghambat kreatifitas. Kemudian dua orang muridnya bernama Hewlett dan Packard memulai membuat oscillator di garasi kecil. Sampai saat ini semangat untuk tidak memasuki perusahaan besar terus berlanjut.
Perusahaan yang lahir dari garasi bukan Apple Computer saja. Dari sejak 40 tahun lalu garasi merupakan tempat anak-anak muda melakukan pelatihan dan penemuan. Jadi garasi bukan hanya tempat menyimpan mobil saja. Mungkin kita juga sering melihat garasi menjadi tempat menyimpan berbagai peralatan. Sungguh merupakan sesuatu tempat yang menyenangkan bagi anak muda.
Penciptaan internet yang merubah struktur sosial dari akar
Pendirian perusahaan high-tech di Silicon Valley mengalami perkembangan serius setelah PD II berakhir. Pada 1956 penerima Nobel William Shockley mendirikan laboratorium semikonduktor. Dia tampaknya kurang cakap dalam berhadapan orang lain, kemudian mendirikan Fairchaid Semiconductor, serta meninggalkan laboratorium.
Rangkaian sejarah perusahaan inti yang berdiri adalah Fairchild Semiconductor (1957), Intel (1968), Apple Computer (1977), Sunmicro (1982), Syscosystem (1984), Netscape (1994). Dari sini terlihat bagaimana semangat penerapan sain terus berlanjut.
Terlihat gemilangnya perkembangan di Silicon Valley, tapi bukan berarti semua telah memberikan kepuasan. Beberapa waktu kemudian Jepang berhasil menempati urutan pertama dunia untuk produksi semi-konduktor. Bahkan, pernah pemimpin NEC sampai bilang "sudah tidak ada lagi yang perlu kita pelajari dari Amerika". Pada akhir tahun 80-an, masa kejayaan Intel mulai terpuruk. Memang secara teknik maupun biaya, line produksi Jepang merupakan hal yang tak bisa dipungkiri ketangguhannya. Saat ini pun untuk manufaktur, Jepang masih yang terunggul.
Sejak itu, 10 tahun kemudian, perbedaan Amerika dan Jepang mulai terlihat dalam komputer dan komunikasi. Bagi Jepang, komputer dan telekomunikasi lebih mengarah pada alat untuk meningkatkan produktifitas pabrik. Sedangkan Amerika menanamkannya sebagai infrastruktur sosial, dan melahirkan internet.